BANYAK kaum muslimin yang tidak mengetahui keutamaan dan hikmah 10 hari kedua Bulan Ramadan. Nabi Muhammad SAW menginformasikan di 10 hari kedua Ramadan, supaya kita mengejar ampunan (maghfiroh) Allah SWT.
Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah. Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadan, tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah.
Merugi jika kita tetap asyik dalam kehidupan dunia yang penuh tipu daya. Seyogyanya kita harus khawatir terhadap siksaan Allah kelak di akhirat. Bahkan di saat kita masih di dunia pun, kita telah merasakan ketersiksaan dengan merasakan hidup yang resah dan gelisah jauh dari Allah.
Tanpa disadari, kita masih salah dalam meletakkan diri. Mestinya kita harus sadari bahwa kebahagiaan itu terdapat dari Allah semata. Jika jauh dari Allah, otomatis akan jauh dari kebahagiaan.
Sebaliknya, jika kita dekat Allah, maka hidup akan bahagia. Dan, yang perlu ditekankan bahwa yang membuat kita jauh dari Allah adalah, akibat dosa-dosa yang kita lakukan selama ini. Alquran menghendaki kita senantiasa berusaha memperoleh ampunan Allah.
Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, "..dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu." Namun, bagaimana caranya kita terbebas dari dosa yang telah kita lakukan? Bukankah kita sendiri yang telah menyadari bahwa dengan adanya kesalahan berbuat dosa akan membuat hidup menjadi tidak tenteram?
Mungkin inilah kaitannya kenapa di Bulan Ramadan, Allah begitu sayang kepada hamba-Nya yang berpuasa untuk memberikan ampunan. Karena seorang yang berpuasa, tentunya dituntut menjalankan ibadah puasa murni untuk mencapai ridho Allah.
Di dalam hadist yang masyhur dinyatakan bahwa, "Puasa itu hanyalah untuk-Ku (Allah), maka Aku-lah yang akan membalas ibadah puasanya."
Di saat menjalankan ibadah puasa itulah sebaiknya minimal kita memohon ampun (istighfar) dengan sungguh-sungguh atas kesalahan yang telah kita lakukan, supaya Allah mengampuni dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda, "Ikutilah segera perbuatan dosamu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik akan menghapus perbuatan dosamu. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia."
Yang perlu digarisbawahi, makna menghapus di sini tidak dengan serta merta dapat menghilangkan dosa tanpa bekas. Catatan dosa tak akan pernah dihapus oleh malaikat pencatat amal. Karena malaikat Raqib dan Atid memerlukan catatan amal sebagai laporan sejarah perjalanan hidup kita.
Kemudian, kepada Allah catatan amal itu dilaporkan saat yaumul mizan (hari penimbangan amal), sehingga sampai saat ini, catatan dosa masih tetap utuh. Permintaan istighfar kita dimasukkan dalam bagian catatan amal shalih (kebaikan).
Dengan kata lain, apabila bobot amal shalihnya (kebaikan ) melebihi kadar keburukannyanya, maka sang pendosa akan dihapuskan dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya (mendapatkan maghfiroh).
Selanjutnya, yang perlu diketahui, menurut Imam Al Ghozali, makna istighfar bukan sekadar berarti "Maha Pengampunan Dosa." Karena, makna aslinya adalah Maha Menutupi. Dengan nama-Nya, Allah akan menutupi hal-hal yang buruk dalam diri kita dengan sesuatu yang baik, sehingga kita akan terlihat indah karena diselimuti istighfar yang kita mohonkan kepada Allah.
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan, siapa lagi yang mengampuni dosa selain Allah? Dan, mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan, itulah sebaik-baiknya pahala bagi orang-orang yang beramal." (QS. Ali `Imron: 135-136). (*)
*sumber : http://www.tribunnews.com
editor : ikesukma
0 comments:
Post a Comment